SpaceX Siap IPO, Begini Profil Keuangan dan Skala Industrinya
- Jika terlaksana, IPO SpaceX berpotensi menjadi salah satu yang terbesar dalam sejarah mengingat valuasi dab profil keuangan perusahaan disebut mencapai US$1,5 triliun.

Muhammad Imam Hatami
Author

JAKARTA, TRENASIA.ID - SpaceX menjadi sorotan global setelah sejumlah laporan menyebut perusahaan antariksa milik Elon Musk tersebut tengah menyiapkan penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO) pada 2026.
Jika terlaksana, IPO SpaceX berpotensi menjadi salah satu yang terbesar dalam sejarah mengingat valuasi dab profil keuangan perusahaan disebut mencapai US$1,5 triliun.
Rencana ini mendorong perhatian investor global karena SpaceX menjadi pemimpin di dua sektor sekaligus, yakni peluncuran roket dan layanan internet satelit Starlink, yang pertumbuhannya sangat cepat dalam beberapa tahun terakhir.
Dilansir The Economic, Kamis, 11 Desember 2025, sumber industri menyebut SpaceX membidik periode pertengahan hingga akhir 2026 sebagai waktu pelaksanaan IPO dan berencana menghimpun dana lebih dari US$30 miliar.
Besarnya target tersebut mencerminkan ambisi perusahaan memperluas jaringan satelit, meningkatkan kapasitas roket Starship, dan memperkuat layanan global Starlink.
Namun sejumlah analis menekankan jadwal IPO masih dapat berubah karena SpaceX dikenal sangat berhati-hati mengeksekusi aksi korporasi. Perubahan kondisi pasar, volatilitas suku bunga global, dan kesiapan regulasi menjadi faktor-faktor yang dapat menunda rencana tersebut.
SpaceX juga belum memberikan pernyataan resmi mengenai struktur IPO maupun apakah akan memasukkan Starlink sebagai unit terpisah dalam penawaran publik.
Baca juga : PWON dan BBNI Dijagokan di Tengah Sentimen Pemangkasan Suku Bunga The Fed
Fundamental Keuangan Kian Menguat
Meskipun belum merilis laporan keuangan secara publik, berbagai data menunjukkan fundamental SpaceX berada dalam kondisi sangat kuat. Pendapatan SpaceX pada 2024 diperkirakan mencapai US$13,1 miliar, meningkat signifikan dari US$8,7 miliar pada 2023.
Angka ini diproyeksikan naik menjadi sekitar US$15 miliar pada 2025 dan kemudian bertambah ke kisaran US$22–24 miliar pada 2026. Laju pertumbuhan tersebut didorong terutama oleh performa Starlink yang pada 2024 menyumbang US$8,2 miliar, mengungguli pendapatan dari bisnis peluncuran roket.
Basis pelanggan Starlink juga terus meningkat pesat, mencapai 4,6 juta pelanggan pada 2024 atau dua kali lipat dibanding 2,3 juta pelanggan pada tahun sebelumnya.
Selain itu, Elon Musk menegaskan bahwa SpaceX telah mencatat arus kas positif selama bertahun-tahun dan secara rutin melakukan pembelian kembali saham untuk memberikan likuiditas bagi karyawan dan investor awal.
Kekuatan finansial ini diperkuat dengan diversifikasi pendapatan perusahaan, mulai dari layanan internet satelit, peluncuran komersial, kontrak pemerintah seperti NASA, hingga layanan maritim dan penerbangan.
Ekspansi Starlink telah mengguncang peta industri telekomunikasi global dan memaksa operator tradisional beradaptasi dengan cepat.
Konstelasi lebih dari 6.750 satelit orbit rendah (LEO) milik Starlink kini menjangkau 118 negara, menghadirkan internet berkecepatan tinggi dan latensi rendah tanpa bergantung pada infrastruktur darat.
Teknologi ini dianggap sebagai “pergeseran sekali dalam satu generasi” karena memungkinkan akses internet setara fiber meski berada di lokasi terpencil, maritim, hingga rute penerbangan internasional.
Di banyak negara, Starlink telah menjadi pilihan utama bagi masyarakat pedesaan dan kawasan terpencil, sehingga menciptakan tekanan bagi operator konvensional untuk menurunkan harga, meningkatkan kualitas layanan, dan berinvestasi pada infrastruktur yang lebih modern seperti fiber-optic maupun satelit nasional.
Starlink juga membuka peluang baru untuk penetrasi internet global, namun di sisi lain memperketat kompetisi industri telekomunikasi.
Baca juga : Emas Jadi Bintang Pasar 2025, Bagaimana Peluangnya di 2026?
Dampak Starlink ke Indonesia
Indonesia menjadi salah satu negara yang mengalami dampak langsung dari ekspansi Starlink. Sejak 2021, Telkomsat telah menjadi mitra gateway dan backhaul untuk Starlink melalui pembangunan sembilan gateway yang kini mencakup sebagian besar wilayah Indonesia.
Kerja sama ini memberikan peluang pendapatan baru bagi Telkom melalui penyediaan infrastruktur dan integrasi jaringan, sekaligus memastikan layanan Starlink dapat beroperasi stabil di seluruh Indonesia.
Di sisi lain, kehadiran Starlink juga menimbulkan dinamika baru dalam persaingan harga. Meskipun tarif Starlink yang mencapai Rp750.000 per bulan masih lebih tinggi dibanding penyedia lokal, operator menilai kehadirannya berpotensi memicu penurunan harga dan percepatan modernisasi jaringan, terutama jika Starlink agresif menerapkan strategi penetrasi pasar.
Kehadiran Starlink juga memberi dampak positif dalam pemerataan akses digital karena layanan satelitnya mampu menjangkau daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) tanpa memerlukan pembangunan fiber optik atau tower BTS yang mahal dan sulit dilakukan di wilayah ekstrem.

Muhammad Imam Hatami
Editor